Laki-laki dan Perempuan, Siapa yang Lebih Unggul?

Pada umumnya, masyarakat percaya akan keunggulan laki-laki di atas perempuan dalam berbagai hal sehingga laki-laki dianggap memiliki hak dan wewenang lebih daripada perempuan. Belum lagi pihak laki-laki disebut qowwam atau pemimpin bagi perempuan dalam ayat ke 34 dari surat An-Nisa.

Bagi sebagian orang, ayat tersebut melegitimasi bahwa perempuan adalah manusia kelas dua. Superioritas laki-laki dianggap benar-benar didukung oleh dalil agama maupun nilai-nilai yang dipercaya dalam masyarakat sejak dahulu. Namun, apakah memang benar laki-laki diunggulkan daripada perempuan?

Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir Asy-Sya’rawi menyebutkan bahwa makna qowwam adalah suatu pelaksanaan dengan upaya lebih dari biasanya, pelaksanaan tersebut mengandung rasa berat dan kesukaran di dalamnya. Jadi makna dari ‘kaum laki-laki adalah adalah pemimpin bagi kaum perempuan’ bukan sebuah bentuk penindasan terhadap perempuan oleh kekuasaan laki-laki.

Ayat ini justru berbicara tentang keharusan laki-laki untuk bekerja keras mencari sumber penghidupan yang diharapkan mampu memenuhi segala kebutuhan perempuan. Oleh karenanya, jangan salah jika ayat ini bisa disebut sebagai kabar yang juga menggembirakan bagi kaum perempuan.

Pendiri Pusat Studi Al-Quran, M. Quraish Shihab dalam suatu kesempatan menjelaskan bahwa Islam tidaklah mengunggulkan laki-laki di atas perempuan. Justru perempuan lebih unggul dalam banyak hal daripada laki-laki karena sifat-sifat dan kemampuan yang dimilikinya. Secara umum, fisik laki-laki memang lebih kuat, tetapi perempuan memiliki ketahanan yang lebih baik dari pada laki-laki. Laki-laki pun bisa juga dikalahkan oleh perempuan, namun bukan dengan kekuatannya, melainkan dengan tangisnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adam Moeser, Associate Professor di Michigan State University di Amerika Serikat menyebutkan bahwa perempuan memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat daripada laki-laki dan respons imun yang dimilikinya dapat bekerja lebih efektif terhadap virus dan bakteri. Lemahnya sistem kekebalan pada laki-laki ini menjadi alasan secara medis mengapa laki-laki memiliki risiko angka kematian yang lebih tinggi daripada perempuan.

Dalam berbagai penelitian lain pun banyak ditemukan bahwa laki-laki yang istrinya meninggal biasanya memiliki kecenderungan untuk menikah lagi, sedangkan perempuan lebih cenderung tahan untuk tidak menikah lagi ketika suaminya meninggal. Hal tersebut terjadi karena laki-laki lebih mudah mengalami kesepian daripada perempuan sedangkan perempuan lebih mampu hidup sendiri.

Menurut Pengamat Psikologi Sosial dan Budaya, Endang Mariani Rahayu, mengatakan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih mudah stress, namun mahir dalam mengelola stres. Sedangkan laki-laki lebih sukar berekspresi secara emosional karena untuk menghindari stereotip feminin sehingga akan merasa terisolasi secara psikologis. Dan hal ini memiliki dampak yang merugikan pada kesehatan fisik dan emosional laki-laki.

Sejalan dengan pernyataan Endang Mariani Rahayu, Michael Flood, Sosiolog Australia dan Profesor di Queensland University of Technology School of Justice, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa laki-laki lebih membutuhkan dukungan emosional daripada perempuan karena laki-laki lebih rentan terpuruk ketika menghadapi masalah yang sampai menekan mentalnya. Selain itu juga, laki-laki lebih memilih menghadapi masalahnya sendiri tanpa melibatkan orang luar. Berbeda dengan perempuan sebagai sosok emosional yang sudah terbiasa mengatasi masalah dengan melibatkan mental serta memiliki social support dari teman ataupun saudara.

Tuhan memberikan kepada perempuan suatu potensi yang tidak diberikan kepada laki-laki. Ada pekerjaan perempuan yang tidak mungkin dilakukan oleh laki-laki tetapi tidak ada pekerjaan laki-laki yang tidak mungkin dilakukan oleh perempuan. Pekerjaan-pekerjaan berat yang dilakukan laki-laki bukan tidak mungkin dilakukan perempuan. Angkat besi, memanjat pohon, sepak bola atau aktifitas fisik lainnya itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Kalaupun berat bagi perempuan bukan berarti tidak mungkin tidak bisa. Sedangkan pekerjaan mengandung, melahirkan dan menyusui, laki-laki mana yang bisa melakukannya?

Sehingga pernyataan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan perlu dikritisi, karena dari berbagai data yang ada justru menunjukkan keunggulan perempuan di berbagai hal. Namun jangan disaahpahami dari sekian data penelitian yang ditampilakan, bukan hendak menukar posisi atas kepercayaan tentang siapa yang kuat dan siapa yang lemah, melainkan hanya ingin menjawab bahwa perempuan juga sama-sama ciptaan tuhan yang tidak patut diposisikan sebagai manusia kelas dua.

M. Quraish Shihab membuat tamtsil antara laki-laki dan perempuan layaknya linggis dan tanah. Kuatnya linggis bukanlah sebuah keistimewaan dan lemahnya tanah bukanlah sebuah kekurangan. Keduanya diciptakan demikian bukan untuk mengklasifikasikan siapa yang unggul dan siapa yang tidak unggul, melainkan agar keduanya bisa melengkapi dan bekerja sama dengan potensi masing-masing. Tidak ada tumbuhan yang bisa ditanam dan tumbuh apabila lembutnya tanah tidak digali oleh kuatnya linggis. Jika tanah adalah besi yang keras, maka linggis tidak akan berfungsi.

Pimpinan Redaksi di Bayt Al-Quran |  + posts

Jangan berhenti belajar

Muhammad Ibnu Abbas

Jangan berhenti belajar