Hilangnya Budaya Malu
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (QS. al-Isra’/17:78)
Allah memuliakan manusia dengan memberikan beberapa kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain. Manusia diciptakan dengan bentuk yang indah. Berjalan tegak Sementara hewan merangkak, manusia makan dengan menggunakan tangan, sementara hewan makan langsung masuk mulut. Dengan makhluk yang lain pun ada kelebihan manusia yang tidak diberikan kepada yang lain.
Kemuliaan manusia yang lain yang sangat berharga sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir:
وَجَعَلَ لَهُ سَمْعًا وَبَصَرًا وَفُؤَادًا، يَفْقَهُ بِذَلِكَ كُلِّهِ وَيَنْتَفِعُ بِهِ، وَيُفَرِّقُ بَيْنَ الْأَشْيَاءِ، وَيَعْرِفُ مَنَافِعَهَا وَخَوَاصَّهَا وَمَضَارَّهَا فِي الْأُمُورِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَالدِّينِيَّةِ.
Ada tiga bentuk karunia Allah yang tidak diberikan kepada makhluk lain, yaitu pendengaran, penglihatan dan akal pikiran. Inilah yang menyebabkan manusia akan tetap bertahan dalam kemuliaan atau jatuh dalam kehinaan. Setidaknya tiga kata ini disebut sebanyak 6 kali dalam al-Qur’an secara berurutan.
Ada beberapa fungsi dari pendengaran, pengelihatan dan akal yang disebutkan dalam Tafsir Ibn Katsir di atas yaitu:
1. يَفْقَهُ بِذَلِكَ كُلِّهِ: sebagai alat untuk menerima pengetahuan
2. وَيَنْتَفِعُ بِهِ: Sebagai penunjang utama aktiftas hidup manusia
3. وَيُفَرِّقُ بَيْنَ الْأَشْيَاءِ: alat pembeda bagi manusia
4. وَيَعْرِفُ مَنَافِعَهَا وَخَوَاصَّهَا وَمَضَارَّهَا فِي الْأُمُورِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَالدِّينِيَّةِ : Sebagai tolak ukur dalam menentukan kebaikan atau keburukan
Kemudian, yang menyebabkan manusia lebih mulia dari makhluk lain adalah karena adanya rasa malu. Manusia akan merasa malu jika melakukan pekerjaan sia-sia. Manusia juga akan merasa malu melakukan pekerjaan yang merugikan diri sendiri apalagi merugikan orang lain. Manusia merasa malu jika memakai barang milik orang lain tanpa izin atau menggunakan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi, manusia akan merasa malu menuntut hak jika kewajiban tidak dilakukan dengan baik. Manusia akan malu jika kepergok melakukan maksiat. Manusia juga akan merasa malu jika mengambil hak orang lain.
Kenapa manusia punya malu? karena Allah menciptakan akal dan nurani. Dan keduanya tersebut tidak diberikan kepada hewan, sehingga hewan tidak memiliki rasa malu. Jika perasaan malu sudah rusak atau hilang maka sabda Nabi Saw. :
إِذَا لمْ تَسْتَحْيِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ
Jika rasa malu sudah hilang, silahkan kerjakan apa yang anda suka. Artinya orang yang tidak punya sifat itu dianggap tidak lagi punya akal pikiran. Makhluk Allah yang tidak punya akal bebas berbuat sesuka hatinya.
Orang yang tidak lagi punya rasa malu berarti pendengaran, pengelihatan dan akalnya tidak berfungsi dengan baik atau bahkan tidak bereaksi sama sekali. Jika ini terjadi maka sifat hayawaniyyah akan muncul dan sifat insaniyah akan tertutup. Sehingga kehidupan manusia seperti itu identik dengan kebebasan, ketidakpedulian dan kesewenang-wenangan.
Magister dalam bidang Tafsir Hadist ini merupakan kandidat Doktor Ilmu Tafsir di PTIQ Jakarta. Menyelesaikan S1 dan S2 dalam bidang Tafsir Hadist di IAIN Imam Bonjol Padang.